Selasa, 16 Juli 2013

Sekilas Tentang Otak Manusia (Bagian 2)


PERKEMBANGAN OTAK MANUSIA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEDEWASAAN


A.      PERKEMBANGAN EMBRIONIK OTAK MANUSIA
Sumber Gambar: Campbell

(a)           Otak pada embrio manusia yang berusia satu bulan, ketiga wilayah utama otak: otak depan, otak tengah, dan otak belakang menjadi jelas terlihat selama bulan pertama kandungan.
(b)           Setelah lima minggu, lima wilayah telah terdiferensiasi, yaitu telensefalon dan diensefalon dari otak depan, mesensefalon dari otak tengah, serta metensefalon dan mielensefalon dari otak belakang.
(c)           Setelah tiga bulan, embrio manusia memiliki pusat-pusat utama otak yang ditemukan pada orang dewasa.
Dengan melihat fase-fase perkembangan embrionik otak, maka dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa otak janin yang berada dalam kandungan selama tiga bulan, telah memiliki struktur-struktur pokok yang sama seperti pada orang dewasa. Dan ketika fase pranatal, otak janin sesungguhnya telah mulai untuk bekerja dan menghasilkan perilaku bawaan pada bayi. Hal itu dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisi emosi sang ibu. Jadi, seorang wanita hamil selalu dianjurkan untuk tenang dan berpikir damai, mendengarkan alunan musik religius, serta musik-musik yang indah (efek Mozart) karena perilaku bawaan bayi sangat dipengaruhi oleh masa-masa pranatal.

B.       CARA KERJA OTAK BAYI DAN PERKEMBANGANNYA
Otak bayi bekerja cepat, mengumpulkan informasi, menyusunnya, memunculkan teori tentang dunia di sekitarnya dan terus-menerus menguji teori-teori itu. Salah satu kemampuan yang paling kompleks yang dipelajari bayi adalah bahasa, tampaknya bayi belajar bahasa lebih cepat dari orang dewasa. Dalam suatu percobaan terkenal, Psikolog Andrew Meltzoff membungkuk di depan bayi dan menjulurkan lidahnya. Bayi itu sejenak ragu, lalu menjulurkan lidahnya juga. Percobaan Meltzoff, yang dilakukan berkali-kali terhadap bayi berumur 36 jam, menunjukkan bahwa manusia lahir dengan kemampuan untuk belajar dari manusia lainnya. Otak bayi terprogram dengan pemahaman bahwa mereka (bayi) merasa seperti lelaki yang membungkuk ke arahnya. Tanpa menatap ke cermin bayi tahu bahwa mereka punya mulut dan lidah seperti lelaki itu, dan tahu bagaimana menggunakannya untuk meniru.
Bayi lahir dengan sebagian besar neuron yang tetap ada hingga mereka dewasa, tapi kebanyakan neuron itu belum saling terhubung. Setiap pengalaman membentuk koneksi baru antarneuron, yang disebut sinapsis, memungkinkan bayi untuk berpikir dan merasa, mendengar, melihat, dan mengingat. Ketika bayi mengalami sesuatu lebih dari sekali atau saat mengetahui beberapa pengalaman berbeda saling terkait, sinapsis berkembang lebih permanen. Pada usia dua atau tiga tahun, bayi punya lebih dari 15.000 koneksi untuk setiap neuron dalam otak. Dalam kondisi ini, otak memulai serangkaian proses pembersihan untuk mengurangi jumlah koneksi. Yang tidak terpakai, menghilang saat otak memprogram ulang dirinya di setiap tahap perkembangan.
Pada usia tiga sampai sepuluh tahun, otak terus berkembang menghasilkan sel-sel baru dan lebih banyak koneksi serta mengurangi jumlahnya sesuai yang dibutuhkan. Sekitar umur sepuluh tahun, terjadi perubahan besar-besaran. Jumlah sel bertambah dengan cepat, koneksi yang kuat semakin kuat, dan yang lemah semakin menghilang.
Saat berumur delapan belas tahun, koneksi dalam otak berkurang menjadi 500 triliun (setengah dari yang dimiliki ketika umur tiga tahun). Otak adalah pusat energi, lebih handal dari sebelumnya, tapi kurang cepat menangkap konsep baru, tidak lagi seperti otak batita. Pada masa remaja akhir dan awal pertengahan dua puluhan, otak terus berubah. Area yang berpikir dan merasa adalah yang paling banyak berubah seiring bertambahnya kedewasaan secara emosional dan intelektual.
Otak orang dewasa tidak berhenti berubah, tapi tidak berkembang secepat saat masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman hidup memperkuat beberapa bagian otak dan memangkas bagian lainnya. Pada usia senja, otak sedikit menyusut dan menjadi lebih ringan daripada otak orang dewasa awal. 

C.  PENGARUH PERKEMBANGAN OTAK BAYI TERHADAP KONDISI PSIKOLOGIS ORANG DEWASA.
Kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai individu yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan (Elizabeth B. Hurlock).  Perilaku merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupan baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Perilaku manusia terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif (pemahaman), afektif (perasaan), dan psikomotorik (perilaku).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, otak bayi bekerja dengan cepat, kemudian pada fase dewasa, otak pun masih terus berubah namun perkembangannya tidak secepat otak bayi. Hal tersebut disebabkan adanya perubahan besar-besaran pada fase remaja dimana koneksi sinapsis di dalam otak berkurang menjadi setengah dari jumlah koneksi sinapsis dibandingkan ketika fase bayi. Dengan demikian, periode bayi merupakan periode belajar yang paling efektif dalam penanaman nilai-nilai moral serta spiritual, selain juga nilai-nilai intelektual. Hal tersebut akan mampu membentuk kondisi psikologis yang stabil ketika bayi  mulai tubuh hingga dewasa.
Masa dewasa adalah masa yang sangat panjang (20-60 tahun keatas), dimana sumber potensi dan kemampuan bertumpu pada usia ini. Masa ini adalah peralihan dari masa remaja yang masih dalam ketergantungan menuju masa dewasa, yang menuntut kemandirian dan diujung fase ini adalah fase dewasa akhir, dimana kemampuan sedikit demi sedikit akan berkurang. Sehingga masa dewasa awal adalah masa yang paling penting dalam hidup seseorang dalam masa penitian karir atau sumber penghasilan yang tetap. Masa ini juga adalah masa dimana kematangan emosi memegang peranan penting. Seseorang yang ada pada masa ini, harus bisa menempatkan dirinya pada situasi yang berbeda; problem rumah tangga, masalah pekerjaan, pengasuhan anak, hidup berkeluarga, menjadi warga masyarakat, pemimpin, serta berperan sebagai suami atau istri yang membutuhkan kestabilan emosi yang baik. Dewasa akhir merupakan periode akhir dalam rentang kehidupan manusia di dunia ini.  Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah enam puluh tahun ke atas. Pada periode ini terjadi penurunan atau kemunduran yang disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis.
Satu hal yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan masa dewasa ini adalah dengan memberikan penanaman nilai-nilai yang meliputi IQ, EQ, dan SQ yang telah dilatih oleh orang tua sedini mungkin kepada anaknya. Dengan memanfaatkan celah dimana perkembangan otak yang sangat cepat terjadi pada masa batita, para orang tua dapat belajar mendidik anaknya dengan pendidikan karakter seperti pengenalan terhadap norma-norma dan nilai-nilai melalui cara-cara yang sederhana misalkan mencium tangan orang tua, belajar memberi salam, serta berperilaku hidup bersih. Dengan demikian, kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan sejak batita itu akan terus dipegang sebagai prinsip hidup oleh anak hingga dewasa.

Sumber:
Atkinson, Rita L dkk (2010). Pengantar Psikologi, Jilid 1. Tangerang: Interkasara.
Campbell, Neil A dkk (2004). Biologi, Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Monks, F. J dkk  (2001). Psikologi Perkembangan. Yogjakarta: Gajah Mada University Press.
Santrock, John W (1995). Life Span Development. Jakarta: Erlangga.
Simpson, Kathleen ( _).Otak:Bagian dalam Ruang Kontrol Tubuh Anda._:National Geographic.
Sobur, Alex (2011). Psikologi Umum. Bandung:Pustaka Setia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar