Jumat, 12 Juli 2013

Filosofi Seekor Siput

             Pagi ini aku berjalan-jalan di ladang sambil menghirup segarnya embun pagi. Dalam suasana yang seperti ini, aku seakan lupa akan masalah dunia yang selalu mengejar-ngejarku. Masalah di dunia ini seakan tak henti-hentinya mengejar kita. Benarkan? Pikir lagi!
            Di rerimbunan ladang padi yang masih hijau, aku melihat seekor siput yang beranjak pelahan. Biasanya para petani menganggap siput (bekicot) sebagai hama tumbuhan. Kebanyakan mungkin akan langsung menghantam cangkang makhluk tak berdaya ini dengan cangkulnya. Namun, apa gunanya semua ini. Apa yang mereka ambil tak pernah sebanding dengan nyawa mereka. Jika dibandingkan dengan kita, mereka tak mengambil seberapa, kita mengambil semuanya, bahkan dunia hewan kecil. Kita selalu mengambil dunia kecil meskipun kita punya dunia yang besar. Mungkin, itulah yang menyebabkan kita selalu merasa takut. Takut akan datangnya masalah akibat hal yang kita ambil, akibat kerakusan kita. Mungkin kita memang rakus…seringkali aku pun tak terima jika dikatakan manusia rakus. Aku sering kesal mendengar hal tersebut. Suatu ketika aku sadar bahwa kekesalanku itu menandakan “aku memang rakus!”
            Siput yang kutemui tadi, segeralah aku angkat cangkangnya dan kutaruh dia di dekat saluran irigasi agar tak merusak akar padi. Pagi ini, aku tak mau memulai hal yang negatif seperti menghancurkan molusca itu dengan sepatu boot-ku. Aku yakin itu tak baik untuk emosiku seharian ini. Jadi, aku biarkan siput itu berlalu. Ada pertemuan pasti ada perpisahan juga kan? Begitulah hukumnya. Aku tak ingin pertemuanku dengan siput di pagi ini berakhir dengan buruk. Tampaknya keburukan kitalah yang menciptakannya. Kebaikan selalu datang dari Tuhan. Apakah kita yang membuat keburukan itu bisa menjadi baik? Itu tergantung kita, hanya kemauan kita yang menentukan baik atau buruk.
            Satu hari ini, hariku baik-baik saja. Tak ada satu hal pun yang mengganguku. Setidaknya aku merasa begitu. Jadi, menurutku tak mmemulai hari dengan hal negatif memang benar dapat mengisi hariku dengan hal yang positif. Bagaimana dengan harimu? Aku harap juga baik J
            Ketika menulis ini, aku terpikir akan siput tadi. Seandainya siput itu bisa berjalan cepat, mungkin saja aku tak akan bertemu dengannya. Mungkin aku tak akan mendapat ide untuk membuat tulisan ini. Tampaknya siput kecil yang lambat itu, telah mengajariku sesuatu. Sesuatu yang kecil tapi begitu berharga bagi perkembanganku. Seperti siput kecil itu, jalannya yang lambat membuat dia bertemu dengan banyak hal. Menurutku hal yang berjalan lambat itu tak sepenuhnya buruk. Mungkin benar jika berjalan cepat kita akan cepat sampai di tujuan. Tapi yang terpenting bukanlah tujuan kita. Yang terpenting adalah perjalanannya. Perjalanan kita adalah prosesnya. Tak penting seberapa cepat kita, tak penting apa tujuan kita, semuanya itu takkan berarti lagi jika dalam perjalanan kita tak bertemu siapa pun dan tak belajar apa pun.

            “Mereka yang jalannya lambat, bertemu dengan lebih banyak hal daripada mereka yang jalannya cepat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar