Minggu, 14 Juli 2013

Psikologi Kepribadian Jung



TEORI ANALITIK JUNG

“Orang hidup dibimbing oleh tujuan-tujuan maupun sebab-sebab”
                                                                        ~Carl Gustav Jung

Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswyl, suatu kota di kawasan Lake Constance di Canton Thurgau, Swiss dan besar di Basel. Ayahnya adalah seorang pendeta pada Gereja Reformasi Swiss. Jung masuk universitas Basel dengan tujuan untuk menjadi seorang ahli bahasa kuno dan jika mungkin menjadi seorang arkeolog, namun suatu mimpi membangkitkan minatnya dalam studi ilmu-ilmu alam dan secara kebetulan dalam ilmu kedokteran.
Setelah lulus, dia bekerja di Burghoeltzli Mental Hospital di Zurich di bawah bimbingan Eugene Bleuler, seorang pakar dan penemu skizofrenia. Tahun 1903, dia menikahi Emma Rauschenbach. Dia juga mengajar di University of Zurich, membuka praktik psikiatri dan menemukan beberapa istilah yang masih tetap dipakai sampai sekarang.
Jung sangat mengagumi Freud, dan berkesempatan bertemu pada tahun 1907. Pada pertemuan pertama itu, Freud membatalkan kegiatannya dan mereka berbincang-bincang selama 13 jam. Dampak pertemuan ini sangat luar biasa bagi kedua pemikir ini. Freud akhirnya menyadari bahwa Jung-lah “Putra Mahkota” psikoanalisis dan pewaris takhtanya.
Namun Jung tidak sepenuhnya berpegang pada teori Freud. Hubungan mereka merenggang pada tahun 1909, sewaktu keduanya pergi ke Amerika. Dalam sebuah pertemuan, keduanya berdebat panjang tentang pandangannya masing-masing dan Freud mulai membantah analisis Jung dengan kecaman-kecamannya.
Perang Dunia Pertama adalah masa-masa menyakitkan bagi Jung. Tapi pada masa ini pulalah, Jung melahirkan teori-teori kepribadian yang dikenal sampai sekarang. Setelah perang berakhir, Jung melakukan perjalanan ke berbagai negara, misalnya, ke suku-suku primitif di Afrika, Amerika dan India. Dia pensiun pada tahun 1946 dan menarik diri dari kehidupan umum setelah istrinya meninggal di tahun 1955. Carl Gustav Jung meninggal pada tangga 6 Juni 1961 di Zurich.
Meskipun teori kepribadian Jung biasanya dipandang sebagai teori psikoanalitik karena tekanannya pada proses-proses tak sadar, namun berbeda dalam sejumlah hal penting dari teori kepribadian Freud. Dalam pandangan Jung tentang manusia, ia menggabungkan teleologi dan kausalitas. Tingkah laku manusia ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu dan ras (kausalitas) tetapi juga oleh tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi individu tersebut (teleologi). Jung berpendapat bahwa baik masa lampau sebagai aktualitas maupun masa depan sebagai potensialitas sama-sama membimbing tingkah laku individu di zaman sekarang (saat ini). Mengutip kata-kata Jung, “orang hidup dibimbing oleh tujuan-tujuan maupun sebab-sebab”. Penekanan pada peranan tujuan dalam perkembangan manusia, jelas menjadikan Jung berbeda dengan Freud. Bagi Freud, hanya ada pengulangan yang tak habis-habisnya atas tema-tema insting sampai ajal menjelang. Bagi Jung, ada perkembangan yang konstan dan seringkali kreatif, pencarian kearah keparipurnaan dan kepenuhan, serta kerinduan untuk lahir kembali.
A.      Struktur kepribadian
Keseluruhan kepribadian terdiri dari sejumlah sistem yang berbeda namun saling berinteraksi. Sistem – sistem yang terpenting adalah ego, ketidaksadaran pribadi beserta komples – kompleksnya, ketidak sadaran kolektif beserta arketipus-arketipusnya, persona, anima dan animus dan bayang – bayang
A.1. Ego
Ego adalah jiwa dasar yang terdiri dari persepsi – persepsi, ingatan – ingatan, pikiran – pikiran, dan perasaan – perasaan sadar. Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang, dilihatdari diri pribadi ego dipandang berada pada kesadaran.
A.2. Ketidaksadaran pribadi
Ketidaksadaran pribadi adalah daerah yang berdekatandengan ego. Ketidak sadaran terdiri dari pengalaman – pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta pengalan yang lemah untuk menciptakan kesan pada diri sang pribadi.
Kompleks  adalah kelompok yang terorganisasi atau konstelasi perasaan, pikiran, persepsi dan ingatan yang terdapat dalam ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang mengkonstelasikan berbagai pengalaman ke arahnya.
Suatu kompleks bisa bertindak sebagai kepribadian otonom yang memiliki kehidupan jiwa dan sumber penggeraknya sendiri. Ia bisa memegan control atas kepribadian dan menggunakan psikhe untuk tujuannya sendiri, sebagaimana Tolstoy pernah dikatakan didominasi oleh ide simplifikasi sedangkan Napoleon oleh nafsu kekuasaan.
A.3. Ketidaksadaran kolektif
Ketidaksadaran kolektif adalah gudang bekas –bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang, masa lampau yang meliputi tidak hanya sejarah ras manusia sebagai suatu spesies tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Ketidaksadaran kolektif adalah sisa psikik perkembangan evolusi manusia, sisa yang menumpuk selama banyak generasi. Jung menghubungkan  sifat universal ketidaksadaran kolektif dengan kesamaan struktur otak pada semua ras manusia dan kesamaan ini sendiri disebabkan oleh evolusi umum.
Ingatan – ingatan atau representasi – representasi ras tidak diwariskan begitu saja, tetapi kita mewarisi kemungkinan menghidupkan kembali pengalaman – pengalaman generasi – generasi masa lampau. Itulah kecenderungan yang membuat kita bereaksi terhadap dunia secara selektif. Kecenderungan – kecenderungan ini diproyeksikan pada dunia. Misalnya karena manusia selalu mempunyai ibu, pengetahuan tentang ibu yang diperoleh secara individual merupakan pemenuhan suatu kemampuan yang diwariskan yang telah dibentuk dalam otak manusia oleh pengalaman – pengalaman ras masa lampau. Ide- ide tertentu mudah terbentuk karena kecenderungannya sudah tertanam kuat dalam otak dan hanya butuh sedikit perkuatan lewat pengalan individu menjadikannya muncul dalam kesadaran dan mempengaruhi tingkah laku. Jug menegaskan bahwa pewarisan ingatan promordialini sama saja dengan menghayal evolusi dan pewarisn otak.
Ketidaksadaran kolektif merupakan fondasi ras yang diwariskan dalam keseluruhan struktur kepribadian. “bentuk dunia dimana ia dilahirkan telah dilahirkan dalam dirinya dalam bentuk sebuah gambaran yang sebenarnya” (Jung, 1945,hlm.188). gambaran yang sebenarnya ini menjadi persepsi atau ide konkret lewat identifikasi dirinya dengan objek – objek di dunia yang sesuai dengan ga,bar itu.
“ketidaksadaran memiliki kemungkinan – kemungkinan yang dipisahkan dari alam sadar, karena dengan dipisahkan itu ia mendapatkan semua materi yang bersifat subminal, yakni semua hal yang telah dilupakan atau diabaikan, maupun kearifan yang tertanam dalam organ – organ arkhetipenya” (Jung,1943, hlm. 144).
ARKHETIPE – ARKHETIPE. Komponen – komponen structural dari ketidaksadaran kolektif disebut dengan berbagai nama: arkhetipe – erkhetipe, dominan – dominan, gambara – gambaran primordial, imago – imago, gambaran – gambaran mitologis dan pola – pola tingkah laku(Jung, 1943). Arkhetipe adalah suatu bentuk pikiran menciptakan gambaran atau visi yang dalam kehidupan sadar normal berkaitan dengan aspek tertentu dari situasi.Asal usul arkhetipe merupakan suatu deposit permanen dalan jiwa dari suatu pengalaman yang secara konstan terulang selama banyak generasi.
Arkhetipe – arkhetipe berfungsi sebagai pusat – pusat energy raksasa yang bersifat otonom dan yang cerderung menghasilkan pengulangan dan peluasan pengalaman – pengalaman yang sama. Berger (1977) menyatakan bahwa arkhetipe – arkhetipe pada manusia merupakanpadanan detector – detector, bentuk yang belum lama berselang ditemukan pada bintang yang lebih rendah. Arkhetipe – arkhetipe tidak harus terpisah satu sama lain dalam ketidaksadaran kolektif. Mereka justru saling meresapi dan saling berfusi.
Inti dari suatu kompleks bisa berupa arkhetipe yang menarik pengalaman – pengalaman kearah dirinya. Selanjutnya arkhetipe dapat menembusi kedalam kesadaran lewat pengalan – pengalaman yang saling terkait.
A.4. Persona
Persona adalah topeng yang dipakai sang pribagi sebagai respon terhadap tuntutan – tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat, serta kebutuhan – kebutuhan arketipal sendiri (Jung,1945).Tujuan topeng adalah untuk menciptakan kesan tertentu pada orang lain dan,seringkali meski tidak selalu ia menyembunyikan hakikat sang pribadi yang sebenarnya.
Apabila ego mengidentifikasikan diri dengan persona maka individu menjadi lebih sadar akan bagian yang dimainkannya dari pada terhadap perasaan – perasaannya yang sebenarnya. Ia menjadi manusiatituan belaka, sekedar pantulan masyarakat, bukan seorang manusia otonom.
A.5. Anima dan Animus
Jung  mengaitkan sisi feminim kepribadian pria dan sisi feminism kepribadian wanita dengan arkhetipe – arkhetipe. Arkhetipe feminism pada pria disebut anima, arkhetipe maskulin pada wanita disebut animus (Jung, 1945, 1945b). arkhetipe – arkhetipe ini, kendati bisa ditentukan oleh kromosom jenis dan kelenjar seks adalah produk dari pengalaman – pengalaman  ras pria dengan wanita dan wanita dengan pria.
Arkhetipe – arkhetipe juga berperan sebagai gambaran – gambaran kolektif yang memotivasikan masing – masing jenis untuk tertarik kepada dan memahami anggota lawan jenisnya. Pria memahami kodrat wanita berdasarkan animanya, wanita memahami kodrat pria berdasarkan animusnya.
A.6. Bayang-Bayang
     Arkhetipe bayang-bayang tediri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusia dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah (Jung, 1984a). Bayang-bayang mencerminkan sisi binatang pada kodrat manusia. Apabila bayang-bayang diproyeksikan keluar, maka ia akan menjadi iblis atau musuh. Sisi bayang-bayang dari kepribadian yang berasal dari suatu arkhetipe merembesi aspek-aspek dari ego maupun sebagian besar isi ketidaksadaran pribadi.
A.7. Diri (self)
Diri adalah  pusat kepribadian, dimana semua sistem lain terkonstelasikan. Ia mempersatukan sistem-sistem ini dan memberikan kepribadian dengan kesatuan., keseimbangan, dan kestabilan pada kepribadian.
Diri adalah tujuan hidup, suatu tujuan yang terus-menerus diperjuangkan orang tetapu yang jarang tercapai. Ia memotivasi tingkah laku manusia dan menyebakan orang mencari kebulatan melalui cara-cara yang disediakan oleh agama.
Ponsep tentang diri mungkin merupakan penemuan psikologi Jung yang paling penting dan merupakan puncak penelitian-penelitiannya yang intensif tentang akrhetipe-arkheetipe.
Apabila kita melukiskan kesadaran dengan ego sebagai pusatnya sebagai lawan dari ketidaksadaran, dan apabila sekarang kita menambahkan pada gambaran jiwa kita pengasimilasian ketidaksadaran, maka kita dapat memandang asimilasi ini sebagai semacam aproksimasi antara kesadaran dan ketidaksadaran, dimana pusat seluruh kepribadian tidak lagi terletak pada ego tetapi pada suatu titik tengan antara kesadaran dan ketidaksadaran. Ini akan menjadi titik dari suatu keseimbangan yanga baru, suatu pusat baru dari seluruh kepribadian, suatu pusat sejati karena letaknya yang ditengah-tengah kesadaran dan ketidaksadaran,memberikan pada kepribadian suatu fondasi baru yang lebih kokoh (Jung, 1945, hlm. 219).
A.8. Sikap
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepriadian, yakni ekstraversi dan introversi. Sikap eksrtaversi mengarahkan sang priadi ke dunia luar yang bersifat objektif. Sedanggkan sikap introversi mengarahkan seseorang ke dunia dalam yang bersifat subjektif (1921).
Kedua sifat berlawanan ini ada dalam kepribadian akan tetapi biasanya salah satu di antara keduanya bersifat dominan dan sadar, sadangkan yang lainnya bersifat kurang dominan dan tidak sadar. Apabila ego lain bersifat ekstravert dalam relasinya dengan duni, maka ketidaksadaran pribadinya akan bersifat introvert.
A.9. Fungsi
Ada empat fungsi psikologis fundamental yaitu : pikiran, perasaan, pendirian, dan intuisi. Dengan berpikir menusia berusaha memahami hakikat dunia dan dirinya sendiri. Dengan perasaan memberikan kepada manusia pengalaman-penngalaman subjektifnya tentang kenikmatan, rsa sakit, amarah, ketakutan, kesedihan,  kegembiraan,dan cinta. Pendirian menghasilkan fakta-fakta konkret atau bentuk-bentuk representasi dunia. Sedangkan orang yang intuitif dapat melampaui fakta-fakta,perasaan-perasaan, dan ide-ide dalam mencari hakikat dari suatu kenyataan.
Meskipun setiap orang mempunyai keempat fungsi tersebut, namun keempatnya tidak harus berkembang sama baiknya. Biasanya salah satu diantara keempat fungsi tersebut berkembang jauh melampaui ketiga fungsi yang lain, dan memainkan peran yang lebih menonjol dalam kesadaran atau biasa disebut fungsi superior. Sedangkan fungsi yang paling tidak berkembang dari keempat fungsi tersebut disebut fungsi inferior. Apabila keempat fungsi tersebut ditempatkan dengan jarak yang sama antara satu dengan yang lain pada keliling sebuah lingkaran, maka pusat lingkaran itu merupakan sintesis dari keempat fungsi yang berkembang sepenuhnya. Namun, sintesis demikian itu hanya dapat terjadi apabila telah terjadi pengaktualisasian diri secara sepenuhnya sehingga itu merupakan tujuan ideal yang diperjuangkan oleh kepribadian.
A.10. Interaksi Antara Sistem-Sistem Kepribadian
Berbagai sistem dan sikap serta fungsi yang hendak membangun seluruh kepriadian saling berinteraksi dengan tiga cara yang berbeda. Salah satu sistem bisa mengkompensasikan kelemahan sistem lain, menentang sistem lain, dan dua sistem atau lebih bersatu membentuk sistesis. Apabila ekstraversi dikecewakan , maka sikap introversi yang bersifat inferior akan memegang kendali terhadap kepribadian dan menampilkan diri. Suatu periode ekstraversi yang kuat biasanya diikuti oleh suatu periode tingkah laku introversi.
Pada umumnya, semua isi kesadaran dikompensasikan oleh isi-isi ketidaksadaran.prinsip kompensasi memberikan semacam ekuilibrium antara unsur-unsur yang saling bertemtangan sehingga mencegah ketidakseimbangan jiwa secara neurotis. Jung yakin bahwa suatu teori kepribadian harus didasarkan pada prinsip pertentangan karena tegangan yan dihasilkan oleh unsur yang bertentangan merupakan suatu hakikat kehidupan. Tanpa tegangan, maka tidak ada energi dan akibatnya tidak ada kepribadian.
Jung yakin bahwa unsur-unsur yang bertentangan tersebut tidak hanya saling bertentangan, tapi juga saling menarik dan mencari. Bagaikan sepasan suami-isteri yang saling bertengkar namun dapat dipersatukan justru oleh perbedaan-perbedaan yang menimbulkan perselisihan tersebut.
Suatu kesatuan fungsi yang berlawanan dapat tercapai melalui apa yang oleh Jung disebut sebagai fungsi transenden yaitu fungsi yagn menghasilkan sistesis antara sistem yang bertentangan dan membentuk keseimbangan kepribadian yang terintegrasi yang berpusat pada diri (self).
Contoh Interaksi di Antara Sistem Kepribadian
Bayi laki-laki yang dilengkapi dengan arkhetipe wanita secara instingtif akan tertarik dengan wanita pertama yang dialaminya, biasanya adalah ibunya sendiri. Selanjutnya, akan terbentuk suatu hubungan akrab akan terbentuk.akan tetapi ketika anak tersebut bertambah besar, ikatan dengan ibunya akan dirasakan semakin membatasi ddan mengecewakan,  bahkan mungkin dapat membahayakan anak sehingga kompleks ibu dan sifat kefeminiman yang sudah terbentuk akan direpresikan ke dalam ketidaksadaran pribadi.
Jung mengatakan bahwa sebagian besar ketidakmampuan menyesuaikan diri disebabkan oleh perkembangan kepribadian yang tidak seimbang dan mengabaikan sisi-sisi penting dari kodrat manusia. Bagi Jung, kepribadian merupakan suatu struktur yang sangat kompleks. Tidak hanya karena memiliki banyak komponen, jumlah arkhetipe-arkhetipe, dan kompleks-kompleks, tetapi juga karena interaksi yang rumit dan sulit antara komponen-komponen tersebut. Tidak ada teoritikus kepribadian lain yang telah mengemukakan deskripsi yang begitu kaya dan kompleks tentang struktur kepribadian.
B.       Dinamika kepribadian
Jung memandang kepribadian atau psikhe sebagai sisten ebergi yang setengah tertututp. Fakta bahwa dinamika kepribadian rentan terhadap pengaruh dan modifikasi dari sumber luar berarti kepribadian tidak mungkin mencapai keadaan stabil secara sempurna yang bisa terjadi kalau ia merupakan system yang sepenuhnya tertutup. Kepribadian hanya bisa menjadi stabil secara relative.
B.1. Energi Psikis   
Energy yang menjalankan fungsi kepribadian disebut energy psikis (Jung, 1948b). Energi psikis merupakan manifestasi energy kehidupan, yaki energy organism sebagai system biologis. Istilah Jung untuk energy kehidupan adalah libido, tetapi ia juga menggunakan libido secara bergati-ganti dengan energy psikis.
Energy psikis merupakan suatu konstruksi hipotesis, bukan suatu substansi atau gejala konkret. Energy psikis terungkap secara konkret dalam bentuk daya actual atau potensial.
NILAI-NILAI PSIKIS. Jumlah energy psikis yang tertanam dalam salah satu unsure kepribadian disebut nilai dari unsure itu. Nilai merupakan ukuran intensitas. Nilai absolute suatu idea tau perasaan tidak dapat ditentukan. Kecuali nilai relatifnya. Salah satu cara sederhana meskipun tidak selalu tepat untuk menentukan nilai-nilai relative adalah menenanyai seseorang apakah ia menyukai salah satu hal melebihi satu hal lainnya.
DAYA KONSTELASI SUATU KOMOLEKS. Observasi dan tes semacam itu meskipun mungkin berguna untuk menentukan nilai sadar, mungkin tidak memberikan banyak penjelasan tentang nilai tak sadar. Nilai tak sadar ini harus di tentukan dengan menilai “daya konstelasi unsure inti suatu kompleks”. Daya konstelasi suatu kompleks terdiri dari jumlah kelompok item yang dihubungkan oleh unsure inti kompleks.
Cara manakah yang bisa dipakai untuk menaksir daya konstelasi unsure inti? Jung membicarakan tiga metode; (1) observasi langsung plus deduksi-deduksi analitik, (2) indicator-indikator kompleks, dan (3) intensitas ungkapan emosi.
Melalui observasi dan inferensi kita dapat mengestimasikan jumlah asosiasi yang terikat pada suatu unsure inti. Suatu kompleks tidak selalu menyatakan diri secara terbuka. Indicator kompleks adalah suatu gangguan tingkah laku yang menunjukan adanya kompleks. Indicator kompleks juga muncul dalam tes asosiasi kata (word association test). Jung menemukan kompleks pada tahun 1903 lewat eksperimen menggunakan tes asosiasi kata (Jung 1973a).
Intensitas reaksi emosi seseorang terhadap suatu situasi merupakan ukuran lain tentang kekuatan suatu kompleks. Apabila jantung berdenyut lebih cepat, pernapasan menjadi lebih dalam dan muka menjadi merah. Dengan menggabungkan gejala fisiologis dengan tes asosiasi kata, maka kita bisa ,menentukan secara agak tepat daya kompleks seseorang.
B.2. Prinsip Ekuivalensi
Jung mendasarkan pandangannya tentang psikodinamika pada dua prinsip fundamental, yakni prinsio ekuivalensi dan prinsip entropi (Jungm 1948b). prinsip ekuivalensi menyatakn bahwa jika energy dikeluarkan utnuk menghasilkan suatu kondisi tertentu, maka jumlah yang dikeluarkan itu akna muncul di salah satu tempat yang lain dalma system. Sarjana fisika menyebutkan prinsip ini sebagai hokum pertama termodinamika atau prinsip konservasi neregi sebagaimana dikemukakan Helmholtz. Prinsip ini menyatakan bahwa jika suatu nilai tertentu melemah atau menghilang, maka jumlah energy yang diwakili oleh nilai itu, tidak akan hilang dari psikhe tetapi akan muncul kembali dalam suatu nilai baru.
Sehubungan dengn fungsi seluruh kepribadian, prinsip ekuivalensi menyatakan bahwa jika energy dikeluarkan dari salah satu system, misalnya ego, maka energy itu akan muncul pada suatu system lain, mungkin persona.
B.3. Prinsip Entropi
Prinsip entropi atau hokum kedua termodinamika menyatakan nahwa jika dua benda yang berbeda suhunya bersentuhan maka panas akan mengalir dari benda yang suhunya lebih panas ke benda yang suhunya lebih dingin.
Prinsip entropi sebagaimana digunakan Jung untuk menerangkan dinamika kepribadian menyatakn bahwa distribusi energy dalam psikhe mencari ekuilibrium atau keseimbangan. Aliran energy yang diarahakan dari pusat yang berpotensi tinggi ke pusat yang berpotensi lemah merupakan prinsip fundamental yang mengatur distribusi energy di antara system kepribadian.
Kaidah umum dala psikologi Jungian ialah bahwa setiap perkembangan yang berat sebelah dalam kepribadian menyebabkan konflik, tegangan, tekanan, sedangkan perkembangan yang seimbang dari semua unsure kepribadian menghasilkan keharmonisan, pengenduran (relaxation), dan kepuasan.
Akan tetapi, sebagaimana dikemukakan Jung, suatu keadaan keseimbangan yang sempurna adalah keadaan dimana tidak ada energy dilepaskan karena pelepasan energy memerlukan perbedaan dalam potensi antara berbagai komponen system.
B.4. Penggunaan Energi
Seluruh energy psikis yang tersedia untuk kepribadian digunakan untuk dua tujuan umum. Sebagian di antaranya dipakai untuk melakukan pekerjaan yang perlu untuk memelihara kehidupan dan untuk oembiakan spesies. Inilah fungsi instingtif, yang dibawa sejak lahir, seperti tampak dalam lapar dan seks.
Selanjutnya, karena orang yang sudah tua membutuhkan leih sedikit energy, maka banyak energy tersedia untuk kegiatan psikis.
B.5. Yang Perkembangan Kepribadian
Segi yang sangat menonjol dari teori Jung tentang kepribadian, selain konsepsinya tentang ketiaksadaran kolektif dengan arkhetipenya, adalah penekanannya pada sifat mengarah ke depan dari perkembangan kepribadian.
Tujuan terakhir dapat diringkaskan dengn istilah realisasi-diri. Realisasi-diri berarti diferensiasi yang sangat penuh, sangat sempurna serta perpaduan yang harmonis dari semua aspek seluruh kepribadian manusia. Itu berarti bahwa psikhe telah mengembangkan pusat baru, yakni diri, menggantikan pusat yang lamam yakni ego.
Perkembangan tidak hanya berhenti dengan terciptanya manusia; sama seperti manusia menunjukkan kemajuan atas semua spesies binatang lain, demikian juga manusia yang berbudaya menunjukkan kemajuan atas manusia primitf. Jung berpendapat bahwa masa depan manusia begitu menarik dan menantang dan ia telah berbicara banyak tentang hal itu dalam banyak tulisannya.
B.6. Kausalitas versus Teleologi
Ide tentang tujuan yang membimbing dan mengarah kan nasib manusia pada hakikatnya merupakan suatu penjelasan teleologis dan penjelasan finalistis. Segi pandangan teleologis menerangkan masa sekarang dari sudut masa depan. Sebaliknya, masa sekrang dapat dijelaskn oleh masa lampau. Ini adalah segi pandangan kausalitasa yang menyatakan bahwa peristiwa sekarang adalah akibat atau hasil pengaruh dari keadaan atau sebab sebelumnya.
Jung menyatakn bahwa kedua segi pandangan itu adalah penting dalam psikologis apabila orang mencari pemahaman yang sempurna tentang kepribadian. Jung mengakui bahwa kausalitas dan teleologis semata-mata merupakan cara berpikir sewenang-wenang yang digunakan para ilmuwan untuk meyusun dan memahami gejala-gejala alamiah.
B.7. Sinkronisitas
Pada akhir hidupnya, Jung (1952a) mengemukakan suatu prinsip yang bukan kausalitas dan juga bukan teleologis. Ia menyebutnya prinsip sinkronisitas. Prinsip itu diterapkan pada peristiwa yang terjadi pada saat yang sama, tetapi peristiwa yang satu tidak disebabkan oleh yang lainnya.
Jung menunjuk banyak literature tentang telepati jiwa, kewaskitaan, dan tipe-tipe lain gejala paranormal sebagai bukti prinsip sinkronisitas. Gejala-gejala sinkronisitas bisa dijelaskan berdasarkan hakikat arkhetipe. Arkhatipe dikatakan bersifat psychoid, yakni bersifat psikologis dan fisik seklaigus. Prinsip sinkronisitas kiranya akan memperbaiki pandangan bahwa pikiran menyebabkan materialisasi atau terjadinya hal yang dipikirkan.
B.8. Hereditas
Pertama-tama hereditas berkenaan dengan insting biologis yang menjalankan fungsi pemeliharaan diri dam reproduksi. Pandangan Jung tentang insting tidak berbeda dengan pandanagn yang dikemukakan oleh biologi modern (Jung, 1929,1948c).
Akan tetapi, Jung menyimpang sama sekali dari pandangan bilogi modern, ketika ia menyatakan bahwa di samping warisan insting biologis terdapat juga “pengalaman-pengalaman leluhur”.
B.9. Tahap-tahap Perkembangan
Dalam tahun-tahun yang paling awal, libido disalurkan dalam kegiatan-kegiatan yang diperlukan supaya tetap hidup. Sebelum usia lima tahun, nilai seksual mulai tampak dan mencapai puncaknya selama masa adolesen. Masa muda seseorang dan awal tahun dewasa, insting kehidupan dasar dan proses vital meningkat. Inilah periode kehidupan belajar bekerja, kawin dan mempunyai anak dan menjadi mapan.
Mencapai usia kahir 30-an atau 40-an terjadi perubahan nilai yang radikal. Peralihan ini merupakan peristiwa yang sangat menentukan dalam kehidupan seseorang. Jung telah banyak berhasil merawat orang berusia setengah baya yang energinya gagal menentukan penyaluran yang memuaskan (Jung, 1931a).
B.10. Progresi dan Regresi
Perkembangan dapat mengikuti gerak maju, progresif, atau gerak mundur, regresif. Progresi oleh Jung dimaksudkan bahwa ego sadar menyesuaikan diri secara memuaskan baik terhadap tuntutan lingkungan luar maupun tergadap kebutuhan ketidaksadaran. Regresi adalah antithesis dari progresi. Akan tetapi, Jung yakin bahwa pemindahan energy yang regresif tidak harus menghasilkan akibat secara tetep buruk atas penyesuaian diri.
B.11. Proses Individuasi
Perkembangan adalah mekarnya kebulatan asli yang tidak berdiferensiasi yang dimiliki manusia pada saat dilahirkan. Tujuan terakhir pemekaran ini adalah realisasi diri. Untuk merealisasikan tujuan ini, perlu banyak berbagai system kepribadian berdiferensiasi secara semourna dan berkembang sepenuhnya.
Untuk memiliki kepribadian yang sehat dan terintergrasi, setiap system harus dibiarkan mencapai tingkat diferensiasim perkembangan, dan pengungkapan yang paling penuh. Proses untuk mencapai ini disebut proses individuasi (Jung, 1939, 1950).
B.12. Fungsi Transenden
Apabila keanekaragaman telah dicapai lewat proses individuasi, maka system yang terdiferensiasi itu kemudian diintegrasikan oleh fungsi transenden (Jung, 1916b). Fungsi ini memiliki kapaistas untuk mempersatukan semua kecenderungan yang saling berlawanan dalam beberapa system dan bekerja menuju tujuan yang ideal yakni kebulatan sempurna (diri). Tujuan dari fungsi transenden adalah pengungkapan pribadi yang esensial dan “realisasi kepribadian dalam semua aspeknya yang mula-mula tersembunyi dalam cairam sel telur, produksi dan penyingkapan dari kebulatan yang original dan potensial” (Jung, 1943, hlm. 108).
B.13. Sublimasi dan Represi
Energy psikis dapat diganti. Ini berarti energy psikis dapat dipindahkan dari salah satu proses dalam suatu system tertentu ke proses lain dalam system yang sama tau dalam system yang berbeda. Pemindahan ini dilakukan menurut prinsip dinamik dasar. Apabila pemindahan ini dikuasai oleh proses individuasi dan fungsi transenden disebut sublimasi. Sublimasi merupakan pemindahan energy dari proses yang lebih primitive, instingtif, dan yang lebih tinggi dan lebih berdiferensiasi.
Apabila pelepasan energy terhambat, entah melalui saluran instingtif atau saluran yang telah disublimasikan maka dikatakan bahwa energy itu direpresikan. Energy yang dipresikan tidak begitu saja hilang; ia harus pergi ke salah satu tempat lain menurut prinsip konservasi energy. Pada akhirnya, ia akan menuju ketidaksadaran.
Sublimasi dan represi memiliki karakter yang persis berlawanan, yaitu :
Sublimasi
Represi
Bersifat progresif
Bersifat regresif
Menyebabkan psyche bergerak maju
Menyebabkan psyche bergerak mundur
Menghasilkan rasionalitas
Menghasilkan irasionalitas
Bersifat integrative
Bersifat disintegrative

B.14. Perlambangan
Lambang dalam psikologi Jungian mempunyai dua fungsi utama. Di satu pihak, lambang, merupakan usaha untuk memuaskan impuls instingtif yang terhambat; di lain pihak, lambang merupakan perwujudan bahan arkhtipe. Akan tetapi, lambang juga memainkan peranan resistensi terhadap impuls. Selama energy diserap habis oleh lambang, ia tidak dapat digunakan utnuk menyalurkan impuls.
Hakikat teori Jung tentang simbolisme ditemukan dalam kutipan ini: “Lambang bukanlah tanda yang menyelubungi sesuatu yang diketahui setiap orang. Itu bukan arti lambang: sebaliknya, lambang merupakan usaha untuk menjelaskan sesuatu yang sama sekali masih termasuk bidang yang tidak diketahui atau sesuatu yang belum ada, dengan menggunakan analogi” (Jung, 1916a, hlm. 287)
Lambang adalah bentuk representasi psikhe. Lambang tidak hanya mengungkapkan khazanah kebijaksanaan umat manuisa yang diperoleh secara rasial dan bijaksana umat manusia yang diperoleh secara rasial dan individual, tetapi lambang itu juga menggambarkan tingkat perkembangan yang jauh mendahului perkembangan manusia sekarang.
Kedua aspek dari lambang, yang pertama retrospektif dan dibimbing oleh insting, yang kedua prospektif dan dibimbing oleh tujuan akhir umat manusia, merupakan dua sisi mata uang yang sama. Intensitas psikis dari lambang selalu lebih besar daripada nilai penyebabnya yang menghasilkan lambang. Intensitas psikis dari lambang adalah produk gabungan dari factor penentu kausal dan factor penentu finalistis, dank arena itu lebih besar daripada factor kausal semata.
C.      Penelitian Khas dan Metode Penelitian
Jung adalah sarjana dan seorang ilmuwan. Ia menemukan fakta-faktanya di mana-mana. Dalam sejumlah artikel dan buku, ia mengungkapkan data empiris yang menjadi dasar teorinya. Ia lebih tertarik kepada penemuan fakta-fakta daripada perumusan teori-teori.

C.1. Penelitian-penelitian Eksperimental tentang Kompleks
Penelitian-penelitian pertama dari Jung yang menarik perhatian para psikolog menggunakan gabungan antara word association test dan gejala-gejala fisiologis emosi (Jung, 1973). Dalam word association test, suatu daftar baku kata-kata dibacakan kepada subjek satu demi satu dan orang itu disuruh menjawab dengan kata pertama yang muncul dalam pikirannya. Dalam eksperimen Jung, perubahan-perubahan dalam pernapasan diukur dengan pneumograph, sedangkan daya konduksi elektris kulit diukur dengan psychogalvanometer. Kedua pengukuran ini memberi bukti tambahan tentang pernapasan dan resistensi kulit dipengaruhi oleh emosi.
Jung menggunakan gejala-gejala ini unyuk menggali kompleks-kompleks dalam diri pasien-pasien. Waktu yang lama dalam menjawab kata stimulus ditambah dengan perubahan pernapasan dan resistensi kulit menunjukan bahwa suatu kompleks sudah berhasil disentuh dengan kata tersebut.
C.2. Penelitian Kasus
Dalam symbols of transformation (1952b), Jung menganalisis fantasi-fantasi seorang wanita muda Amerika yang dikenalnya melalui suatu artikel dari psikolog Swiss, Theodore Flournoy. Ini sama sekali bukan penelitian kasus, begitu pula analisisnya tentang serangkaian mimpi yang panjang dalam Psycholoy and alchemy (1944) atau analisisnya tentang serangkaian lukisan yang dikerjakan oleh seorang pasien dalam A study in the process of individuation (1950). Dalam kasus-kasus ini Jung menggunakan metode perbandingan dengan menggunakan sejarah, mitos, agama, dan etimologi untuk membuktikan dasar akhetipe dari mimpi-mimpi dan fantasi-fantasi.
C.3. Studi-studi Perbandingan tentang Mitologi, Agama, dan ilmu-ilmu Gaib
Jung menaruh perhatian banyak pada mitologi, agama, alkemi, dan astrologi. Ia meneliti bidang-bidang yang telah diselidiki oleh beberapa psikolog, dan ia memperoleh banyak pengetahuan dalam bidang-bidang yang sulit dan kompleks, seperti agama Hindu, Taoisme, Yoga, Confucianisme, agama Krissten, astrologi, penelitian psikis, mentalitas primitif, dan alkemi.
Jung yakin bahwa simbolisme alkemi yang kaya mengungkapkan banyak, kalau bukan semua, arkhetipe manusia. Dalam Psychology and Alchemy (1944), ia menyelidi suatu rangkaina luas mimpi yang dikumpulkan dari seorang pasien (bukan pasien Jung) berdasarkan jalinan rumit dari simbolisme alkemi dan ia menyimpulkan bahwa ciri-ciri dasar yang sama nampak pada keduanya.
Bahan klinisnya terdiri atas lebih dari seribu mimpi dan penglihatan yang diperoleh dari seorang pemuda. Interpretasi dari sebagian yang dipilih dari mimpi-mimpi dan penglihatan-penglihatan ini mengisi paruh pertama buku. Sisanya berisi uraian ilmiah tentang alkemi dan hubungannya dengan simbolisme agama.
Dengan adanya mimpi ini, menunjukan bahwa pasien harus memindahkan ego sadarnya dari pusat kepribadian agar dorongan-dorongan primitif yang direpresikan bisa diubah. Pasien hanya dapat mencapai keharmonisan batin dengan mengintegrasikan semua unsur dalam kepribadiannya, sama seperti ahli alkemi hanya dapat mencapai tujuannya (yang tidak pernah terjadi) dengan mencampurkan secara tepat unsur-unsur dasar. Lambang-lambang alkemi dalam mimpi menunjukan bahwa orang yang bermimpi itu berusaha atau mengharapkan supaya dirinya diubah menjadi sesuatu yang lebih baik.
Dalam semua mimpi terdapat pararel yang kuat sekali antara lambang yang digunakan orang yang bermimpi untuk mengungkapkan masalah-masalah dan tujuan-tujuannya dengan lambang-lambang yang digunakan ahli-ahli alkemi pada abad pertengahan dalam melaksanakan tugasnya. Yang mencolok dari rangkaian mimpi adalah gambaran yang sedikit banyak cocok dengan aspek-aspek bahan alkemi. Jung menyimpulkan bahwa dinamika kepribadian ahli alkemi abad pertengahan sebagaimana diproyeksikan ke dalam penelitian-penelitian kimianya dan kepribadian pasiennya persis sama. Kesamaan dari gambaran ini membuktikan adanya arkhetipe-arkhetipe universal. Arkhetipe-arkhetipe itu juga diungkapkan dalam agama dan kesenian baik yang modern maupun yang primitif.
C.4. Mimpi
Jung sangat memperhatikan mimpi-mimpi. Isi mimpi-mimpi bersifat prospektif dan retrospektif dan merupakan kompensasi bagi aspek-aspek orang yang bermimpi yang diabaikan dalam kehidupan sadar. Ia juga membedakan antara mimpi-mimpi “besar” dimana banyak terdapat bayangan-bayangan arkhetipe dan mimpi-mimpi “kecil”, yakni mimpi-mimpi yang lebih erat hubungannya dengan pikiran-pikiran sadar dari orang yang bermimpi.
METODE AMPLIFIKASI. Jung menjelaskan unsur-unsur tertentu dalam mimpi-mimpi yang dianggap memiliki arti simbolik yang kaya. Dalam metode ini, orang yang bermimpi diminta untuk mempertahankan unsur tersebut dan memberinya asosiasi-asosiasi ganda. Jawaban-jawaban yang diberikannya membentuk konstelasi sekitar unsur mimpi khusus, dan memberi banyak arti bagi orang yang bermimpi. Jung beranggapan bahwa lambang sejati adalah lambang yang memiliki banyak muka dan sama sekali tidak pernah dapat diketahui maknanya.
METODE RANGKAIAN MIMPI. Jung telah mengembangkan metode lain untuk mengintepretasikan mimpi-mimpi. Daripada hanya satu mimpi, Jung menggunakan suatu rangkaian mimpi yang diperoleh dari seseorang. Dalam psikologi, hal ini disebut metode konsistensi internal, dan digunakan secara luas untuk bahan kualitatif, seperti mimpi-mimpi, cerita-cerita, dan fantasi-fantasi. Penggunakan metode ini dengan sebaik-baiknya diperlihatkan Jung dalam bukunya Psychology and alchemy (1994) di mana suatu rangkaian mimpi yang sangat panjang dianalisis.
METODE IMAJINASI AKTIF. Dalam metode ini subjek disuruh memusatkan perhatiannya pada gambaran mimpi yang mengesankan tetapi tidak dapat dimengerti, atau pada gambaran visual yang spontan dan mengamati apa yang terjadi dengan gambaran itu. Kemampuan-kemampuan untuk mengkritik harus ditangguhkan, dan peristiwa-peristiwa itu diamati dan dicatat dengan sungguh-sungguh objektif. Apabila kondisi-kondisi ini diamati dengan tekun, maka gambarannya biasanya akan mengalami suatu suatu rangkaian perubahan yang menjelaskan sejumlah besar bahan tak sadar.
Jung menunjukan bahwa menggambar, melukis dan mematung dapat digunakan untuk melukiskan aliran iamji-imaji. Fantasi-fantasi yang ditimbulkan oleh imajinasi aktif biasanya memiliki bentuk yang lebih baik daripada mimpi-mimpi pada malam hari, karena fantasi-fantasi tersebut diterima oleh kesadaran dalam keadaan juga bukan dalam keadaan tidur.
D.      Evaluasi terhadap Teori Jung
D.1. Kelebihan teori Jung
a)      Dapat menyelidiki sejarah manusia tentang asal usul ras dan evolusi kepribadian
Jung berpendapat bahwa sejarah manusia itu dari nenek moyang kita. Sehingga evolusi kepribadian manusia sangat erat kaitannya dengan nenek moyang dan pengaruh –pengaruhnya. Maka dari itu Jung menjelaskan bahwa kepribadian manusia itu tidak lepas dari keberadaan leluhur-leluhur kita.
b)     Dapat memberi ide-ide yang brilian terhadap konsep kepribadian.
Memang Jung itu tidak banyak dikenal dalam tulisan-tulisan. Tetapi Jung lebih banyak memberi masukan ide mengenai tulisan tersebut. Ide yang Jung dapatkan biasanya secara tidak sengaja  atau spontan yang kebetulan pikiran Jung itu sama dengan pikiran orang pada waktu itu. Akibat iklim intelektual yang sedang berlaku ternyata ide Jung itu menyebar luas. Contoh ide tersebut adalah  konsepsi tentang releasi diri. Konsepsi tersebut banya ditemukan di tulisannya Gold-Stein, Rogers,Angyal,Allport dll. Jung tidak pernah tercantum namanya dalam tulisan tersebut, hal ini tidak berarti bahwa Jung tidak berpengaruh , baik secara langsung maupun tidak langsung. Bisa jadi mereka meminjam ide Jung secara tidak sadar.
c)      Keberanian dan keaslian pemikiran jung tidak ada yang menyamainya.
d)     Dalam sejarah perkembangan teori Jung memang terkenal teori yang beda dengan yang lain. Jung berani mengungkapkan sisi lain dibalik kepribadian manusia. Jung menyebutnya “Jiwa Manusia”.  Dengan bertumbuhnya kecendurungan masyarakat Barat khususnya orang muda yang berfikir kearah introvensi, fenomenologi, eksistensialisme, meditai, kerohanian, ilmu mistik, ilmu gaib. Maka pendapat Jung akhir-akhir tahun ini mendapat tanggapan positif.
D.2. Kekurangan teori Jung
a)      Teori jung banyak mendapat kritikan dari ilmuan psikodinamis lainnya.
Teori jung banyak ditentang karena Jung menjelaskan teori itu tidak tepat. Misalkan saja Beberapa elemen dari ketidakskhuadaran kolektif menjadi sangat berkembang kemudian disebut sebagai arketipe – arketipe. Pengertian arketipe yang paling meluas adalah gagasan mengenai realisasi diri (self realization), yang hanya bisa dicapai dengan adanya keseimbangan antara dorongan-dorongan kepribadian yang berlawanan. Jadi, teori Jung mengungkapkan mengenai teori-teori yang berlawanan. Kepribadian seseorang meliputi introver dan ekstrover, rasional dan irrasional, laki-laki dan perempuan, kesadaran dan ketidaksadaran, serta didorong oleh kejadian-kejadian di masa laluyang ditarik oleh harapan-harapan di masa depan. Padahal teori itu tidak dapat dibuktikan dan Jung cenderung tidak memiliki konsep perkembangan yang menerangkan pertumbuhan jiwa.
b)      Teori ini lebih menjelaskan fenomena kepribadian dengan kekuatan gaib.
Teori Analitik Carl Jung berasumsi bahwa fenomena yang berhubungan dengan kekuatan ghaib atau magic  bisa dan memang berpengaruh pada kehidupan semua manusia. Jung percaya bahwa setiap dari kita termotivasi bukan hanya oleh pengalaman yang ditekan, namun juga oleh pengalaman emosional tertentu yang dipengaruhi oleh para leluhur yang sekarang disebut sebagai ketidaksadaran kolektif. Adanya ketidaksadaran kolektif pada teori Analitik Jung sekaligus menjadi pembeda paling mendasar terhadap teori Psikoanalisis Sigmund Freud.  Dengan menimbulkan perasaan tidak senang dikalangan psikolog.
c)      Banyak menggunakan simbol-simbol
Jung dalam idenya banyak menggunakan symbol-simbol yang tidak diketahui oleh semua orang , sehingga banyak psikolog yang tidak mengerti maksud dari ide Jung tersebut.
d)     Orientasi yang dibahas banyak, sedangkan pendapatnya selalu berkembang.
Jung terkesan tidak focus ketika dia mengungkapkan satu ide , belum dipahami oleh psikolog lainnya dia sudah mengungkapkan ide yang lain.
Gaya dari Jung dalam mengemukakan idenya dianggap oleh banyak psikolog tidak jelas, membingungkan dan tidak teratur. Oleh karena itu gagasan Jung banyak diabaikn orang




Thanks to Para Penyusun:

-Hentyn Drajad
-Widya Gunawan
-Kartika Dwi Aryani
-Rio Candra Pratama
-Siti Kuswatun Kasanah
-Stya Watiningrum
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar