Pagi ini aku berjalan-jalan di ladang sambil menghirup
segarnya embun pagi. Dalam suasana yang seperti ini, aku seakan lupa akan
masalah dunia yang selalu mengejar-ngejarku. Masalah di dunia ini seakan tak
henti-hentinya mengejar kita. Benarkan? Pikir lagi!
Di rerimbunan ladang padi yang masih hijau, aku melihat
seekor siput yang beranjak pelahan. Biasanya para petani menganggap siput
(bekicot) sebagai hama tumbuhan. Kebanyakan mungkin akan langsung menghantam
cangkang makhluk tak berdaya ini dengan cangkulnya. Namun, apa gunanya semua
ini. Apa yang mereka ambil tak pernah sebanding dengan nyawa mereka. Jika
dibandingkan dengan kita, mereka tak mengambil seberapa, kita mengambil
semuanya, bahkan dunia hewan kecil. Kita selalu mengambil dunia kecil meskipun
kita punya dunia yang besar. Mungkin, itulah yang menyebabkan kita selalu
merasa takut. Takut akan datangnya masalah akibat hal yang kita ambil, akibat
kerakusan kita. Mungkin kita memang rakus…seringkali aku pun tak terima jika
dikatakan manusia rakus. Aku sering kesal mendengar hal tersebut. Suatu ketika
aku sadar bahwa kekesalanku itu menandakan “aku memang rakus!”
Siput yang kutemui tadi, segeralah aku angkat cangkangnya
dan kutaruh dia di dekat saluran irigasi agar tak merusak akar padi. Pagi ini,
aku tak mau memulai hal yang negatif seperti menghancurkan molusca itu dengan sepatu boot-ku. Aku yakin itu tak baik untuk
emosiku seharian ini. Jadi, aku biarkan siput itu berlalu. Ada pertemuan pasti
ada perpisahan juga kan? Begitulah hukumnya. Aku tak ingin pertemuanku dengan
siput di pagi ini berakhir dengan buruk. Tampaknya keburukan kitalah yang
menciptakannya. Kebaikan selalu datang dari Tuhan. Apakah kita yang membuat
keburukan itu bisa menjadi baik? Itu tergantung kita, hanya kemauan kita yang
menentukan baik atau buruk.
Satu hari ini, hariku baik-baik saja. Tak ada satu hal
pun yang mengganguku. Setidaknya aku merasa begitu. Jadi, menurutku tak
mmemulai hari dengan hal negatif memang benar dapat mengisi hariku dengan hal
yang positif. Bagaimana dengan harimu? Aku harap juga baik J
Ketika menulis ini, aku terpikir akan siput tadi.
Seandainya siput itu bisa berjalan cepat, mungkin saja aku tak akan bertemu
dengannya. Mungkin aku tak akan mendapat ide untuk membuat tulisan ini. Tampaknya
siput kecil yang lambat itu, telah mengajariku sesuatu. Sesuatu yang kecil tapi
begitu berharga bagi perkembanganku. Seperti siput kecil itu, jalannya yang
lambat membuat dia bertemu dengan banyak hal. Menurutku hal yang berjalan
lambat itu tak sepenuhnya buruk. Mungkin benar jika berjalan cepat kita akan
cepat sampai di tujuan. Tapi yang terpenting bukanlah tujuan kita. Yang
terpenting adalah perjalanannya. Perjalanan kita adalah prosesnya. Tak penting
seberapa cepat kita, tak penting apa tujuan kita, semuanya itu takkan berarti lagi
jika dalam perjalanan kita tak bertemu siapa pun dan tak belajar apa pun.
“Mereka yang
jalannya lambat, bertemu dengan lebih banyak hal daripada mereka yang jalannya
cepat”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar