Selasa, 08 Maret 2011

Nyepi, Emisi CO2 Bali Berkurang 20 Ribu Ton


Sabtu, 5 Maret 2010 umat Hindu akan melaksanakan ritual Nyepi. Di hari itu, suasana seperti mati, tak ada aktivitas, terutama di Pulau Bali. 


Umat Hindu melaksanakan catur brata penyepian yang terdiri dari amati geni (tidak menggunakan api), amati karya (tidak bekerja),amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Selain bertujuan menyucikan jiwa penganut Hindu, ritual Nyepi juga baik untuk lingkungan. 

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bali memperkirakan emisi gas CO2 di Bali akan berkurang sekitar 17 ribu hingga 20 ribu. Hanya dalam satu hari.

"Dengan Nyepi orang dapat merasakan betapa segarnya udara tanpa polusi. Bayangkan betapa bumi saat ini sudah terlalu padat polusi dan inflasi pencemaran," ujar Ketua Dewan Daerah Walhi Bali, Gendo Suardana  kepadaVIVAnews.com, 4 Maret 2011.

Dalam konteks perubahan iklim, Gendo mengatakan Nyepi dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari kendaraan bermotor serta dari penggunaan listrik untuk penerangan dan industri.

Emisi dari BBM bisa dijelaskan sebagai berikut, "jika saya menggunakan pendekatan estimasi kuantitas dengan data tahun 2005, dengan jumlah sepeda motor 1.008.000 dengan asumsi 1 unit memakai 4 liter bensin perhari, maka bensin yang digunakan 4.032.000 liter. Jika pembakaran 1 liter sama dengan 2,4 kilogram CO2 maka emisi yang dihasilkan mencapai  9.676.800 kilogram CO2," jelasnya.

Sementara ditambah jumlah mobil sekitar 200 ribu dengan 10 liter perhari, maka emisi yang dihasilkan sebanyak 4,8 juta kilogram CO2.

"Belum lagi 80 pesawat di bandara dengan penggunaan avtur 1.600 kiloliter/hari dan gas yang dihasilkan 1 liter avtur sama dengan 2,4 kilogram CO2, maka emisi yg dihasilkan adalah 3.840 ton CO2."

Jika ditotal, pengeluaran emisi akibat aktivitas manusia di Bali diperkirakan mencapai 17 ribu hingga 20 ribu  ton C02 setiap harinya.

"Ini belum termasuk kapal feri di Gilimanuk dan Padang Bai, kapal ikan dan nelayan di Benoa dan di perairan Bali, dan juga termasuk penggunaan energi industri dan pembangkit listrik" katanya.

"Jadi dapat dibayangkan betapa besarnya sumbangan Nyepi bagi pengurangan emisi ditengah komitmen dunia untuk ancaman global warming," imbuhnya.

Sejak tahun 2007 Walhi bersama-sama dengan kelompok NGO lainnya yang tergabung dalam Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim telah menginisiasi kampanye World Silent Day (WSD) atau hari hening sedunia, baik secara nasional dan internasional.

"WSD sendiri mengambil konsep pelaksanaan Nyepi, karena Nyepi adalah tindakan nyata dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca yang adil, dimana hal ini murah dan mudah dilaksanakan," ungkapnya.

Walhi bersama aliansi mendorong pelaksanaan hari hening sedunia yang dilaksanakan secara internasional pada 21 Maret setiap tahun dengan cara tidak menggunakan alat-alat  yang menggunakan energi seperti tidak menggunakan motor, mobil, alat elektronik, juga handphone.

"Hening dalam jangka waktu 4 jam dari jam 10.00 wita sampai 14.00 Wita. Jika dilakukan secara internasional maka penghematan energi otomatis dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sampai ratusan juta ton CO2."

Agar hari hening sedunia ini dapat diadopsi oleh negara-negara pihak, Walhi dan aliasi membutuhkan dukungan 10 juta tanda tangan dari masyarakat sipil  dengan melakukan kampanye secara massif agar WSD dapat diterima oleh dunia internasional. (Sumber:VIVAnews)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar