Bumbu Bali
Warisan Budaya dalam Upaya Pencegahan Penyakit
Bumbu
Bali, Bumbu Pemberian Dewa
Esai ini bertujuan
untuk mengungkap khasiat yang tersembunyi dibalik kelezatan masakan Bali yang
telah diwariskan secara turun-temurun sebagai budaya yang amat kental bagi
masyarakat Bali dan bagaimana peranannya dalam upaya pencegahan penyakit,
khususnya di daerah-daerah tradisional di Pulau Bali. Sebagai sampel, saya
mengambil beberapa resep masakan dari daerah Gianyar karena daerah tersebut
memiliki berbagai jenis icon masakan mulai dari masakan yang digunakan sebagai
jamuan di hari-hari khusus, jamuan bagi kaum bangsawan di Puri Gianyar, hingga
masakan yang lumrah dijumpai di Pasar Senggol Gianyar.
Masakan Bali selain
lezat, penampilannya sangat eksotis dan mampu membangkitkan selera siapapun
yang melihatnya. Tak heran bila beberapa masakan Bali menjadi icon pariwisata
di Bali. Namun, di balik itu dapat dikatakan bahwa, kelezatan dan penampilan
yang begitu eksotis dari masakan Bali tidak pernah terlepas dari bumbu Bali
yang merupakan salah satu wujud dari bagian budaya dan seni yang tumbuh di
Pulau Dewata. Selain itu, bumbu Bali juga sering disebut sebagai “bumbu
pemberian Dewa”. Hal itu tidaklah mengejutkan karena selain berfungsi sebagai
pemberi rasa dan menambah keidahan penampilah masakan Bali, bahan-bahan racikan
bumbu Bali juga berkhasiat dalam pencegahan penyakit. Misalnya kencur untuk
mencegah dan mengobati radang lambung dan masuk angin, laos untuk mencegah
rematik dan flu, kunyit untuk mencegah radang gusi dan berperan sebagai anti
oksidan alami, jahe untuk mencegah dan mengobati radang sendi tulang
(artritis), bawang merah dan bawang putih yang berperan sebagai antiseptik, dan
yang terakhir adalah jeruk limau atau jeruk nipis yang berperan dalam
pencegahan sakit jantung, kanker, dan stroke.
Bumbu
Bali dalam Konteks Keagamaan Hindu
Bila ditelusuri
sejarahnya, bumbu Bali memiliki alur sejarah yang panjang dan berkelok-kelok.
Salah satu legenda tentang bumbu Bali adalah kisah yang tertulis dalam kitab “Wirata Parwa”, yang menceritakan asal
muasal adanya bumbu dalam masakan. Kisah ini bermula ketika Panca Pandawa
berada dalam pengasingan setelah terusir dari kerajaannya sendiri. Untuk
mengelabui identitas diri, mereka menyamar sebagai orang lain. Bima, putra
kedua dari pandawa menyamar sebagai tukang masak Raja Wirata. Suatu ketika, Raja
Wirata kedatangan tamu dari Kerajaan Magada. Patih Kerajaan Magada menggoda
Dewi Drupadi. Karena merasa kesal dengan ulah Patih tersebut, Bima kemudian
membunuh Patih Kerajaan Magada dan mencampurkannya pada makanan Raja Wirata.
Rupanya makanan itu berkenan dengan selera Sang Raja karena terasa bertambah
lezat.
Namun di hari-hari
berikutnya, masakan Bima terasa hambar di lidah Sang Raja. Tentu saja perubahan
rasa ini membuat Sang Raja bertanya kepada Bima. Munculah kekhawatiran para
Pandawa bila identitas mereka yang sebenarnya akan diketahui oleh Raja Wirata.
Para Pandawa kemudian bertapa memohon diberi anugerah rasa pada makanan. Doa
mereka didengar oleh para Dewa kemudian diutuslah Sang Hyang Aswin ke bumi
untuk mengabulkan permintaan para Pandawa. Lalu, Sang Hyang Aswin memberikan
anugerah rasa asin kepada Yudistira (putra pertama dari Pandawa). Rasa asin ini
kemudian menjadi kencur.
Bima dianugerahi oleh
Sang Hyang Ruci rasa sepat yang kemudian berwujud menjadi laos (lengkuas).
Arjuna diberi anugerah oleh Sang Hyang Indra rasa pahit yang kemudian berwujud
menjadi kunyit. Nakula diberi anugerah oleh Sang Hyang Aswin rasa pedas yang
kemudian berwujud menjadi jahe. Sahadewa (si bungsu Pandawa), diberi anugerah
oleh Sang Hyang Siwa Budha rasa manis yang kemudian berwujud menjadi bawang
merah dan bawang putih. Dewi Drupadi diberi anugeraholeh Sang Hyang Dewi
Basundari rasa asam yang kemudian berwujud menjadi jeruk limau (jeruk nipis).
Semua rasa inilah yang kemudian menjadi racikan masakan bagi Raja Wirata.
Khasiat
Rasa Olahan Bumbu Bali bagi Kesehatan
Rasa olahan dalam
masakan Bali sebagai pelengkap upacara dibagi dalam 6 rasa. Yang pertama
disebut Dharma Wiku, yaitu olahan
yang mengandung rasa asin, berkhasiat sebagai obat batuk, dan untuk mencegah
darah kotor karena merupakan rasa olahan yang dihasilkan oleh racikan kencur.
Menurut lontar, rasa asin ini pertama kali tercipta dari tubuh Dewa Siwa dan
Dewi Uma. Masakan hasil olahan menggunakan bumbu asin ini adalah Urab Putih
yang biasanya digunakan sebagai persembahan dan salah satu jamuan bagi pendeta.
Rasa olahan yang kedua
disebut Bima Kroda, yaitu olahan yang
mengandung rasa pedas, berkhasiat untuk memperkuat lambung dan memperbaiki
pencernaan serta mencegah dan mengobati artritis (radang sendi tulang) karena
merupakan rasa olahan dari racikan rimpang jahe yang mengandung minyak asiri
sehingga mampu memperlancar sistem sirkulasi dan pencernaan dalam tubuh. Olahan
masakan yang menggunakan bumbu ini adalah lawar merah. Rasa olahan yang ketiga
disebut Jayeng Satru, yaitu rasa
sepat berkhasiat untuk mencegah rematik dan flu karena merupakan rasa olahan
dari racikan laos (lengkuas). Yang keempat disebut rasa Gagar Mayang, yaitu olahan yang mengandung rasa pahit, berkhasiat
untuk mencegah radang gusi, menurunkan kadar kolesterol, anti diare, dan anti
diabetes karena merupakan rasa olahan dari racikan kunyit. Yang kelima disebut Nyunyur Manis, yaitu olahan yang
mengandung rasa manis, berkhasiat untuk mengontrol kadar kolesterol, memperkuat
sistem saraf, dan mencegah serta mengobati asma karena berupakan rasa olahan
dari racikan bawang merah dan bawang putih. Yang terakhir disebut Galang Kangin, yaitu olahan yang
mengandung rasa asam, berkhasiat dalam mencegah sakit jantung, kanker dan
stroke karena merupakan rasa olahan dari racikan jeruk limau (jeruk nipis) yang
mampu memaksimalkan penyerapan catechin
(antioksidan yang diyakini melawan sakit jantung, kanker, dan stoke).
Rahasia
Resep Racikan Bumbu Bali
Makna angka-angka yang
terkandung dalam sombol-simbol pada diri Panca Pandawa adalah merupakan aturan
pencampuran bumbu Bali itu sendiri. Inilah yang disebut-sebut sebagai rahasia
resep racikan bumbu Bali, karena memiliki rumus. Jadi, dalam meracik bumbu Bali
harus diingat perbandingan antara kencur dengan laos (lengkuas). 1 bagian
kencur 4 bagian laos (lengkuas). Perbandingan antara kunyit dengan laos
(lengkuas) sebagai berikut, 2 kunyit dan 1 laos (lengkuas). Perbandingan antara
kunyit dengan jahe, 3 bagian kunyit dan 1 bagian jahe. Perbandingan antara jahe
dengan kencur, 4 jahe dan 5 kencur. Bawang merah dan bawang putih dipakai
sesuai selera, sedangkan kemiri, cabai, terasi, dan merica dipakai untuk
kelengkapan sebagai penyedap. Jeruk limau (jeruk nipis) boleh dipakai, boleh
tidak, sesuai dengan jenis masakan.
Itulah rahasia di balik
khasiat yang tersembunyi dalam bumbu Bali yang tidak hanya merupakan warisan
budaya bagi masyarakat Bali, namun, juga diperlukan dalam upaya menjaga
kesehatan dimana pada setiap bahan-bahan racikannya memiliki peranan untuk
mencegah dan menyembuhkan berbagai macam penyakit.